
Orangtua
ternyata masih menganggap tabu berbincang mengenai seks dengan anak.
Dan ini bukan hanya terjadi pada orangtua di Indonesia saja. Sekitar 68
persen orangtua di Amerika Serikat mengaku tidak pernah menyinggung
masalah seks dengan anak-anak mereka, karena malu atau risih
melakukannya.
Menurut
sebuah survei yang dilakukan oleh situs diskon CouponCodes4u.com kepada
2.305 orang tua, setidaknya lebih dari 12,47 persen orangtua merasa
bahwa sekolah lah yang harus bertanggung jawab penuh untuk memberikan
pendidikan seks pada anak. Rasa malu menjadi alasan 44 persen orangtua
sehingga tidak membahas seks dengan anak, 27 persen mengaku menghindari
topik tersebut karena keyakinan agama, dan 11 persen mengatakan tidak
percaya pendidikan seks.
Dr
Boyke Dian Nugraha SpOG, seorang ginekolog dan konsultan seks,
berpendapat anak-anak perlu diberikan pendidikan seks sedini mungkin.
Tentu saja, materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang diberikan
kepada anak berbeda dengan orang dewasa. Siapa pendidik seks yang paling
baik untuk anak? Jawabnya adalah orang tua. ''Lebih baik si anak
mendapat informasi dari orang tua daripada dari orang lain, agar anak
tidak menerima informasi yang keliru.”
Orang
tua, menurut Boyke, perlu dibekali pengetahuan seputar perkembangan
fisik dan mental si anak menjelang remaja. ''Pengetahuan orang tua yang
kurang, akan membuat anak menerima kesalahan informasi yang dapat
berakibat buruk pada kesehatan anak, terutama alat kelamin,'' tambahnya.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua:
1. Berbicaralah dengan cara yang wajar, seperti berbicara tentang hal yang lain.
2. Hindari gaya seperti mengajar di sekolah.
3. Pembicaraan hendaknya tidak hanya terbatas pada fakta biologik, melainkan juga tentang nilai, emosi, dan jiwa.
4.
Jangan khawatir Anda telah menjawab terlalu banyak terhadap pertanyaan
anak. Mereka akan selalu bertanya tentang apa yang mereka tidak
mengerti.
5.
Anak-anak usia prasekolah juga perlu tahu bagaimana melindungi diri
dari penyimpangan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang
dewasa. Ini berarti bahwa orangtua harus memberitahu anak bahwa
mangatakan "tidak" kepada orang dewasa bukanlah sesuatu yang dilarang.
6.
Jangan menunggu sampai anak mencapai usia belasan tahun untuk berbicara
tentang masa pubertas. Mereka harus sudah mengetahui perubahan yang
terjadi pada masa remaja sebelumnya.
7. Berilah suasana dan kesempatan agar anak merasa bebas dan aman mengajukan pertanyaan tentang seksualitas.
8.
Andaikata orangtua tidak dapat menjawab pertanyaan anak, jangan malu
mengatakan "tidak tahu". Kemudian mintalah bantuan atau penjelasan dari
orang lain yang mengetahui.
9.
Setelah berbicara atau menjawab pertanyaan anak, ujilah apakah jawaban
itu memang telah dimengerti. Berilah kesempatan kepada anak untuk
menanyakan lagi kalau kemudian muncul pertanyaan baru.
10. Kehidupan seksual orangtua sangat diperlukan sebagai contoh nyata bagi anak ketika berbicara tentang seksualitas.
0 komentar:
Posting Komentar